ASOSIASI Penambang Nikel Indonesia (APNI) melaporkan industri pengolahan nikel Indonesia sedang menghadapi tekanan berat.
Sebanyak 28 smelter nikel dengan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) telah berhenti beroperasi dalam dua bulan terakhir.
Penutupan smelter ini memicu kekhawatiran serius atas masa depan program hilirisasi mineral yang menjadi andalan dalam mengoptimalkan sumber daya alam nasional untuk nilai tambah domestik.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Sekretaris Jenderal APNI, Meidy Katrin Lengkey, mengungkapkan bahwa penutupan masif ini dipicu oleh serangkaian kebijakan fiskal dan regulasi baru yang meningkatkan biaya produksi secara signifikan.
“Kenaikan royalti nikel adalah pemicu utama, ditambah lagi kewajiban devisa ekspor 100 persen, B40 dan rencana B50, serta pajak minimum global,” jelas Meidy, Kamis (10/7/2025).
Fenomena ini terjadi di tengah ketidakpastian pasar nikel global, yang harganya mengalami penurunan lebih dari 40 persen sejak puncaknya di awal 2022, akibat melimpahnya pasokan dari Tiongkok dan Indonesia sendiri.
Baca Juga:
Apa Itu Bitcoin dan Mengapa Banyak Orang Tertarik?
24jamnews.com Dukung Promedia Satukan 1.000 Tim Jurnalis Daerah di 2025
Peringkat Utang MDKA Terjaga, Namun Proyek Emas Pani Jadi Tantangan Utama
Kebijakan Fiskal Baru Meningkatkan Biaya, Investor Asing Bersikap Wait and See
Industri nikel Indonesia telah lama menarik perhatian investor global, terutama sebagai pemasok utama bahan baku baterai kendaraan listrik (EV).
Namun serangkaian kebijakan fiskal baru yang diterapkan pemerintah tahun ini justru menciptakan sentimen negatif di pasar.
Pertama adalah kenaikan tarif royalti nikel dari sebelumnya 2 persen menjadi 5 persen untuk bijih kadar tinggi, yang menurut APNI tidak diimbangi dengan kenaikan harga nikel dunia.
Kedua, pemerintah juga mewajibkan seluruh devisa hasil ekspor (DHE) dikembalikan ke dalam negeri sebesar 100 persen, yang dianggap membatasi fleksibilitas perusahaan dalam mengelola arus kas dan kewajiban luar negeri.
Baca Juga:
Sayap Ganda Pertamina: Merger Pelita dan Garuda Ditimbang Panjang
Aktivitas Mencurigakan Rp70 Miliar Dana Nasabah, BCA Tegaskan Sistem Tetap Aman
Investor Tunggu Kepastian Global, CSA Index September 2025 Turun
Selain itu, kewajiban penggunaan bahan bakar B40 yang segera meningkat menjadi B50 dalam waktu dekat meningkatkan biaya energi.
Di sisi lain, rencana penerapan Global Minimum Tax (GMT) sebesar 15 persen juga menambah beban fiskal smelter yang banyak dimiliki oleh perusahaan asing, terutama dari Tiongkok.
GMT merupakan kesepakatan OECD untuk mencegah praktik penghindaran pajak oleh perusahaan multinasional.
“Secara kumulatif, kebijakan ini membuat biaya produksi smelter di Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara, padahal daya saing harga di pasar global sudah sangat ketat,” kata Meidy Lengkey.
Implikasi Penutupan Smelter Terhadap Hilirisasi dan Produksi Nasional
Penutupan 28 smelter nikel RKEF tidak hanya berdampak pada perusahaan pemilik, tetapi juga pada keseluruhan program hilirisasi mineral yang menjadi prioritas nasional.
Indonesia saat ini menyumbang lebih dari 40 persen pasokan nikel global, dan menjadi negara yang paling agresif dalam membangun kapasitas pengolahan domestik sejak larangan ekspor bijih nikel diberlakukan pada 2020.
Baca Juga:
Analisis 2 Hari Purbaya: Gaya Komunikasi Pasar vs Teknokrat di Kementerian Keuangan
Reshuffle Ekonomi 2025: Strategi Pajak Baru Jaga Daya Beli dan Stabilitas
Harbolnas 2025 Bukan Sekadar Diskon, Tapi Sebagai Mesin Ekonomi Digital
Penutupan ini diperkirakan akan menurunkan produksi ferro-nikel nasional tahun ini hingga 15 persen dari target.
Analis ekonomi menyatakan bahwa pemerintah perlu segera mengevaluasi kebijakan hilirisasi yang terlalu membebani industri hilir.
“Kalau beban fiskal terlalu tinggi, investor akan hengkang dan kita kehilangan momentum transisi energi,” katanya.
Kementerian Perindustrian dalam pernyataannya menyebutkan pihaknya akan meninjau kembali insentif fiskal untuk industri hilir agar tetap menarik bagi investor.
Namun hingga saat ini belum ada keputusan resmi mengenai penyesuaian tarif royalti atau DHE.
Risiko Kehilangan Dominasi Pasar Global di Tengah Kompetisi Tiongkok
Penutupan smelter nikel dalam jumlah besar ini memberi sinyal risiko bagi posisi dominan Indonesia di pasar global.
Tiongkok, yang selama ini menjadi investor terbesar di industri nikel Indonesia, kini mulai melirik alternatif pasokan dari Afrika.
Khususnya Madagaskar dan Zimbabwe, yang menawarkan kebijakan fiskal lebih ramah dan harga lebih kompetitif.
Menurut data International Nickel Study Group (INSG), pasokan nikel global diproyeksikan akan surplus hingga 2026 karena proyek-proyek baru di Tiongkok, Afrika, dan Filipina mulai berproduksi.
Jika Indonesia gagal mempertahankan kapasitas produksinya, keunggulan kompetitif yang telah diperoleh dalam lima tahun terakhir dapat tergerus.
“Kebijakan yang tidak tepat justru bisa membuat Indonesia kehilangan pangsa pasar yang selama ini diperjuangkan dengan susah payah.” ujar analis.
Laporan sebelumnya menyebutkan bahwa Tiongkok telah mengamankan serangkaian kesepakatan baru di Afrika untuk menjamin pasokan nikel dan kobalt sebagai bagian dari strategi EV nasionalnya.
Perlunya Penyesuaian Kebijakan Demi Menjaga Daya Saing Nikel Nasional
Kasus penutupan 28 smelter nikel ini menjadi pengingat bahwa keberhasilan hilirisasi mineral tidak hanya bergantung pada larangan ekspor bahan mentah, tetapi juga pada kebijakan fiskal yang mendukung daya saing industri hilir.
Pemerintah diharapkan segera mengevaluasi dampak kebijakan royalti, DHE, B40/B50, dan GMT secara komprehensif.
Untuk mencegah gelombang penutupan berikutnya yang bisa mengancam target hilirisasi dan transisi energi nasional.
Investor global saat ini bersikap hati-hati terhadap Indonesia, menunggu kejelasan kebijakan sebelum melanjutkan ekspansi di sektor strategis ini.***
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Harianindonesia.com dan Sawitpost.com.
Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Hello.id dan Haiidn.com.
Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Apakabarjateng.com dan Jabarraya.com
Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.
Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.
Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.
Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.
Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center



























